Senin, 18 Februari 2013

TSM 2


MOTOR ini bermesin kawasaki dengan warna merah dan putih.
Lengan ayun R6 dibubut 5 mm bagian depannya pada kiri dan kanan. Lalu beli laher bambu berikut bushingnya. Hasilnya, as lengan dan rumahnya jadi poros landasan gerakkan lengan R6. Tetap pakai monosok standar Ninja, karena  sudut linkcage sebagai konstruksi monosok menyesuaikan. Dengan proses pertukangan itu, lengan ayun R6 jadi berguna. Ya, gunanya jadi ayunan monosok dan roda, agar berfungsi layaknya motor, brosist.
Sebenarnya, pasang limbah moge pada Ninja 250 sudah terbaca taktiknya. Rata-rata modifikator Ninja punya jurus tetap dan peten. Tukang bubut langganan mereka malah lebih lengkap, sudah pegang  catatan ukuran yang kena pisau bubut. Sama dengan fork depan yang up-side down dari R6, itu hanya diameter dan panjang as komstir yang menyesuaiken. Pendeknya – kalau panjang bikin berat artikel  diklik - barang-barang limbah moge yang dipotong dan dipapas, ahli bubut ‘TST’ dengan modifikator. Mereka tinggal telfon-telfonan atau bbm. 
Bodi Ducati 848 dibikin tanpa mengubah dudukan baut asli Ninja. Baut dan mur pengunci bodi masih pakai standar. Artinya,bahan dasar resin, katalis, roping, lem dan serat kaca sebagai metarial pembuat dasar fiber sebelumnya perlu sketsa. Tapi buat bodi Ducati 848 ini tidak gampang. Salah sikit jadi Dukati, pake ‘K’ brosist. Perlu karton, penggaris, gunting, pensil untuk membuat mal atau cetakan dasar. Itu yang disebut sketsa. Dalam sketsa ini sambungan bodi diminimalkan, karena dianggap menganggu desain. Juga kalau banyak sambungan, antarbodi rawan renggang, belum laggi mencong. Makanya harus ada braket untuk dudukan dashboard.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar